Saturday, February 23, 2013

Review Kuliah Semester Tiga!



Halo, ini sudah seminggu masuk perkuliahan di semester empat. Gak berasa, perasaan belum lama ikut Fenomena, jalan kaki dari gerbang BNI ke Fikom jam lima pagi eh sekarang udah satu setengah tahun aja kuliah di Fikom. Sekarang gue mau review kuliah semester kemarin, semester ketika kita sudah menentukan pilihan memasuki gerbang “biru”.  Gue akan mereview pelajaran-pelajaran apa aja yang udah gue dapet berdasarkan jadwal kuliah gue keamrin ya, soalnya bingung mau ngebaginya gimana hehehe.

Komunikasi Organisasi
Kayaknya ini mata kuliah fakultas sih, jadi semua jurusan dapet mata kuliah ini. Dari namanya udah bisa ketebak dong kira-kira ini mempelajari apa? Yak, komunikasi yang ada di dalam suatu organisasi tapi, bentuk organisasinya dalam bentuk yang luas berupa perusahaan. Gue juga masih sering rancu sih, yang gue inget adalah organisasinya itu UKM. Yang bisa gue serep dari mata kuliah ini komunikasi dalam organisasi itu bentuknya ada yang formal dan informal, komunikasi formal itu ada komunikasi ke atas, ke bawah, komunikasi horizontal, sedangkan komunikasi informal bentuknya adalah desas-desus. Ya materi itu yang paling gue khatam -_-

Reka Bentuk Media
Menurut gue ini bentuk lanjut dari Komunikasi Visual. Menyenangkan sih mata kuliah ini soalnya banyak praktek pas udah lewat UTS. Nah, sebelum UTS-nya itu yang agak-agak bikin huft. Apalagi pas UTS, teori semua! Yaudahlah ya, 30 aja gitu nilai gue. Abis UTS ada dua praktek, kita disuruh bikin sekitar 10 jenis media (banner, baliho, poster, termasuk logo) promo acara “Visit Jatinangor” dan company profile jurusan. Pas bikin company profile gue paling suka, sama kayak pas Komvis pas disuruh bikin poster, gue ngerasa tugas ini “Gue banget!” walaupun gue gak sepenuhnya puas dengan hasil compro ini tapi alhamdulillah kelompok gue termasuk tiga besar di kelas :’)

Wawancara
Dari namanya aja udah jurnalistik banget kan? Ya begitulah kuliahnya, kita dilatih untuk mewawancarai berbagai tokoh. Kita dapet tiga tugas ke lapangan, yang pertama itu mewawancarai ilmuwan berkaitan dengan Nobel 2012. Tugas lapangan kedua mewawancarai penulis, ini gue suka banget! Kita bisa ketemu dan ngobrol langsung dengan penulis favorit, wuhuhuhu. Gue mewawancarai Ben Sohib. Tugas ketiga kita mewawancarai jurnalis handal. Beda sama tugas-tugas sebelumnya yang dikerjain secara individu, untuk tugas kali ini dilakukan secara tim yang terdiri dari dua orang. Mata kuliah ini basic dari mata kuliah-mata kuliah yang jurnal banget untuk semester-semester selanjutnya karena mata kuliah ini adalah mata kuliah bersyarat. Kalau kita lulus mata kuliah ini baru bisa ngambil Penulisan Berita Cetak di semester empat.

Komunikasi Pembangunan dan Perubahan Sosial
Nah loh, dari namanya aja udah panjang dan belibet kan. Awal perkuliahan kita dikasih liat video yang bener-bener bikin kita kesel sama barang-barang branded. Lewat kuliah ini kita diajak melihat sisi lain dari pembangunan ekonomi, terutama keadaannya di Indonesia. Sedih. Susah sih enggak, cuma teorinya lumayan banyak jadi kadang agak bingung. Setelah itu kita membahas MDGs, seru sih untuk beberapa topiknya kayak masalah wanita dan kesehatan.

Jurnalisme Foto
Buat yang suka fotografi pasti suka sama mata kuliah ini. Seru, tiap minggu getting foto. Temanya udah ditentuin sama dosen, tapi lucu-lucu kayak kereta api, sepeda motor, lansia, sama orang terkenal. Setiap foto harus punya nilai berita, di sini letak keseruannya. Terus abis dikumpulin dibahas sama Pak Aceng selaku dosen di kelas, foto mana aja yang bagus. Ya, jadi bahan pembelajaran sih setiap abis dibahas.

Bahasa Jurnalistik
Ketebaklah ya kira-kira kuliahnya ngapain aja? Mata kuliah bajuri ini ngebahas gaya penulisan berita di media cetak, elektronik dan online. Bahasa jurnalistik itu nggak seratus persen sama kayak bahasa Indonesia sesuai dengan EYD, apalagi di online dan radio. Misalnya berita di radio nih, kejadian jam 8.56 bisa disebutkan kejadian kira-kira pukul 9. Bahasa jurnalistik itu juga banyak ditentukan sama media di mana berita itu akan terbit.

Reportase
Kurang jurnalistik apalagi dari nama mata kuliah ini? Hahaha. Seru, seru banget! Banyak terjun ke lapangan. Sebenernya wawancara adalah bagian dari reportase, jadi reportase itu bisa kita lakukan dengan observasi, paper/internet trail, sama wawancara juga.

Komunikasi Politik
Ini juga mata kuliah fakultas. Kita belajar bagaimana strategi komunikasi untuk menjalankan politik. Politik itu berkaitan dengan kekuasaan kan, jadi harus ada strategi yang dijalankan supaya dengan kekuasaannya itu tujuan-tujuan dia atau kelompoknya bisa tercapai.

Ya kira-kira begitu gambaran secara general kuliah gue di Departemen Jurnalistik semester tiga kemarin. Dengan berbagai kegiatan dan usaha yang sudah gue lakukan, walaupun nilai turun drastis, tetap Alhamdulillah :) 

Saturday, February 9, 2013

I'd Chime In!


It's still the best. And I still skip a heartbeat when I see Brendon dancing.

Thursday, February 7, 2013

-

To keep me sane, that's the reason why I'm still holding you on. This life, it's already crazy. I need something to keep my feet on the ground, and it's you. From the very start I didn't mean to make any move for you to realize and I'm still not sure what kind of feeling is this. You're the drugs to cure this pain, you make me numb so that's the easiest way to escape pain.

Monday, February 4, 2013

This is What I Believe


aamiin

Ben Sohib, Sastra Sebagai Pengembangan Karakteristik Diri


“Apa motivasi Mas menjadi penulis?”
“Simpel, panggilan jiwa.”

Itu salah satu percakapan antara gue dan Ben Sohib, penulis buku fiksi The Da Peci Code akhir November 2012. Buku ini udah gue baca pas kelas 2 SMP sekitar tahun 2007. Tapi baru berkesempatan mewawancarai penulisnya kemarin-kemarin dalam rangka memnuhi tugas praktik lapangan mata kuliah Wawancara, dimana kita harus mewawancarai penulis terkenal. So I decided to contact Mas Ben Sohib karena gue emang penasaran sm cerita dibalik buku ini hehe. Condet sih, latarnya. Faktor proximity berlaku banget ya =))

Ohya, buku lanjutan dari The Da Peci Code itu judulnya Rosid dan Delia. Nah kedua buku itu diangkat jadi film layar lebar yang diperankan sama Reza Rahrdian dan Laura Basuki, Tiga Hati Dua Dunia Satu Cinta. Over all, gue jauh lebih suka novelnya kemana-mana. Penggambaran di film gak sama sama imajenasi gue, huh bete.

Dimudahkan banget sama Allah pas mau wawancara Mas Ben Sohib karena akhirnya wawancara dilakukan di Confest soalnya waktu itu beliau juga lagi ada urusan di Condet. Alhamdulillah.

Menurut Mas Ben menulis itu salah satu cara untuk menyalurkan ide. Menulis juga merupakan salah satu bentuk seni yang berkaitan dengan minat, bakat, rasa, dan kepuasan batin. Gue juga setuju kalo menulis itu media untuk menyampaikan apa yang ada di otak kita, nggak mesti frontal nulis apa yang bener-bener pengen disampein tapi bisa secara halus kaya dibuat cerita gitu. Analogi sotoy gue sih, kalo frontal itu kayak straight news langsung hajar gitu. Kalo cara alusnya kayak feature yang bercerita gitu. Eh ini apa sih, Mes?
Kesulitan dalam menulis yang dibilang Mas Ben ya sama aj asih kayak rata-rata orang, kalo lagi nggak ada ide. Ini juga gue banget, jangankan untuk menghasilkan karya tapi buat ngerjain tugas aja kalo belom nemu ide mau ngerjain dari mana pasti terhambat. Terus Mas Ben juga bilang supaya ada semangat buat menulis kita harus banyak berkumpul sama sesama penulis dan banyak membaca. Ibaratnya nih, membaca itu vitamin buat rohani. Semakin banyak membaca = semakin banyak refernsi menulis. Semakin banyak membaca juga bikin kita sadar kalo kita ini nggaka da apa-apanya, ilmu yang kita punya belum seberapa.

Di Indonesia sendiri minat membaca masih rendah. Dari acehtraffic.com persentase minat baca masyarakat Indonesia itu Cuma 0,001%. Wah, sedih ya? Gue suka baca, tapi buka bookworm yang suka banget baca buku. Suka sekedar suka ja sih, entah itu emang ceritanya bagus atau penulisnya gue suka. Dulu pas SMP suka banget sama bukunya Raditya Dika, tapi pas sampe buku keempatnya yang kalo gak salah judulnya Babi Ngesot yang covernya warna ungu itu gue gak ngikutin lagi. Entah karena minat gue yang berunah atau emang karya-karya dia gak selucu dulu lagi :)

Tapi sejak itu gue suka sama novel yang berdasarkan cerita nyata kayak novelnya Vabyo yang Kedai 1001 Mimpi atau bukunya Trinity. Baca buku mereka berdua jadi pengen keliling dunia -_-

Ohya, menurut Mas Ben kenapa minat baca di Indonesia masih kurang itu karena sistem pengenalannya yang masih kurang baik. Terutama untuk buku-buku sastra ya. Menurut beliau harusnya  Sastra dan Bahasa Indonesia dipisah supaya minat baca anak bisa tumbuh. “Sastra itu penting untuk pembentukan karakter seseorang,” kata Mas Ben. Ohya untuk pengenalan sastra di sekolah yang gue rasain dulu sih membosankan, pas gue SMP disuruh bacanya “Layar Terkembang” mulu. Dulu gue sempet berpikir kalo buku sastra itu ya novel-novel tahun jebot. Sebaiknya  guru-guru meng-upgrade metode pengajaran mereka. Mungkin, buku Layar Terkembang itu novel sastra Indonesia terbaik tapi nggak ada salahnya kan memperkenalkan buku sastra Indonesia yang lebih modern?