Monday, November 25, 2013

The Back Up Plan

Jasper   : I was crazy not hearing from you. I don’t wanna lose you, babe.
Irish       : Are you not with Sarah anymore? I mean is that what you’ve come here to tell me?
Jasper   : I wish you could just accept knowing how confused I am about all this.
Sarah    : Okay, let me translate to you. So you’re still enganged to be married.
Jasper   : Yes, but, I mean…
Sarah    : You never treat me right, ever! You broke my heart. And you acted like somehow it was my fault, my misunderstanding, and I was too in love with you to ever be mad so I just punished my self for years! And now you come here telling me you don’t wanna lose me whilst you’re about to get married. Somehow newly entitled me to sya it’s over. I’m miraculously done being in love with you.
(The Holiday)

Pernah nggak sih ngerasain jadi back up plan? Atau jadi option? Atau second choice? Buat yang nggak pernah, beruntunglah kalian karena itu nggak enak banget.

Sesabar apa manusia kalo diperlakuin sebagai cadangan? Terlebih lagi cewe yang perasaannya lebih jalan dari logika. Dikit-dikit ngelibatin hati, untung kalo orangnya bukan tipe drama queen.

Buat gue, ga sepantesnya ada orang yang diperlakukan sebagai back up plan. Lo harus ngambil resiko, jangan cari aman tapi nyakitin orang lain. Ambil contoh film The Holiday deh, kalo si Jasper ini emang beneran gentle dan ga mau kehilangan Irish, ya harus pisah sama Sarah.

I know how Irish feel because I’ve been treated like Irish for some period in my life.

Gue pikir awalnya gue ga bisa lepas dari keadaan itu. Apapun yang bisa bikin dia atau kita seneng gue lakuin. Selalu ngalah dan terima aja, as long as we are happy. Tapi, kebahagian yang temporer itu emang ga baik cuma nyisain sakit di ujungnya. Dan gue sempet ngerasa kalo gue stuck sama satu orang ini aja, gue ga bisa bilang kaya apa yang Irish bilang kalo dia too in love with Jasper. Karena gue gak yakin begitu keadaannya buat gue.


Tapi semakin lama gue ngejalanin sebagai back up plan tersebut bukannya  semakin terbiasa, malah ngerasa kalo gue ga pantes diginiin. Gue berhak dan seharusnya diperlakukan secara lebih baik. Stand for yourself for whatever that means.

No comments:

Post a Comment